LEISURE TIME TO PLEASURE TIME “Komersialisasi waktu luang “



LEISURE TIME TO PLEASURE TIME
Komersialisasi waktu luang
Mega Kusuma Wardani *
Salam Pergerakan !!
Leisure time atau waktu luang, tentu banyak kita miliki. Setiap hari kita mungkin tidak akan terlepas dari adanya waktu luang. Entah hanya 5-10 menit atau bahkan berjam-jam. Banyak waktu luang yang kita punya setiap harinya, lalu apakah kita bisa dengan baik menggunakan waktu luang kita? Apakah waktu luang yang kita miliki ini hanya kita habiskan untuk senang senang aka Pleasure time. ? seperti main gadet, nge-game, mendengarkan musik, karaoke, dll
.
Semakin berkembangnya teknologi di era ini, maka semakin memudahkan segala aktivitas manusia, kita lagi memerlukan waktu yang lama untuk memasak nasi, tidak lagi perlu jauh jauh pergi ke toko untuk membeli baju. Disekolah atau kantor kita juga sudah dibantu dengan perkembangan teknologi, dengan teknologi semunya menjadi lebih mudah dan lebih efektif dalam mengerjakan sesuatu. Bagi kaum pekerja pun sekarang semkain dipermudah dengan bantuan mesin mesin produksi yang semkain canggih, sehingga pekerja tidak membutuhkan banyak waktu untuk menyelesaikan tugas tugas nya. Otomatis hal tersebut sangatlah membantu kita, dan juga meringankan beban kita. Lalu apakah benar demikian?  

Dengan kita dibantu teknologi, otomatis membuat semuanya menjadi sangat praktis dan kita tak perlu banyak membuang waktu untuk hanya sekedar mencuci, memasak, membuat makalah, berkomunikasi ataupun memproduksi suatu barang. Hal ini sangat menguntungkan kita, karena akan ada banyak waktu yang tersisa (waktu luang) untuk bisa kita manfaatkan buat kegiatan lain. Waktu luang ini biasanya kita gunakan untuk santai, bersenang-senang dan  memanjakan diri kita. Kebanyakan waktu luang yang kita gunkan adalah untuk bermaain main dengan gadet kesayangan kita, bermain game online, mendengarkan musik dari ipad, mengunjungi karaoke, nongki ngogki asik di cafe dan lain sebagainya. 

Jarang diantara kita, atau mungkin saya sendiri mengunakan waktu luang untuk menyempatkan membaca buku, menulis, melakukan kegiatan kegitan sosial, atau mengerjakan hal lain yang menyibukan dirinya dan menyusahkan dirinya untuk berproses menjadi “manusia”.
Memang teknologi itu memberikan surga tersendiri bagi penggunannya. Kita menjadi sangat dimudahkan dalam melakukan apapun, serba praktis, serba instan, kita dimanjakan dengan hasil yang instan, sehingga kita tak perlu berproses pada hal hal yang rumit dan lama. Waktunya menjadi semakin efektif karena tak memerlukan waktu yang lama. Alhasil kita banyak menganggurnya, banyak waktu waktu kosong yang kita miliki. lalu kita gunakan untuk apa waktu itu?

Sadar atau tidak, kaum kaum kapitalis telah memikirkan keuntungann dibalik banyaknya waktu luang yang kita miliki ini. Lihatlah mereka sudah mempersiapkan seglanya, mereka sudah mengkomersialisasi seglanya. Bahkan waktu luang yang kita miliki pun tak luput dari perhitungannya.  Bagaimana ini bisa terjadi? Mari kita analisa bersama sama sahabat. 

Dari contoh sehari hari saja, kehidupan kita sebagai mahasiswa yang sebenarnya harus kaya akan semangat literasi dan perubahan perubahan. Sebagai mahasiswa kita tentunya tidak pernah lepas dari kegiatan membaca dan tulis menulis. Contoh kecil saja adalah membuat makalah yang sudah menjadi kewajiban kita dalam mengikuti matakuliah. Idealnya dalam mengerjakannya kita perlu banyak membaca beberapa referensi dari buku buku dengan pembahasan terkait pembahasan makalah kita. Namun hal tersebut  sudah tak berlaku lagi sekarang. Dengan adanya mesin search engine : Google kita tak perlu lagi pergi keperpustakan, tak perlu lagi harus membeli buku dan membacanya. Cukup dengan klik klik semuanya akan beres. Tak perlu banyak waktu untuk mengerjakannya, bahakan semalam saja makalah sudah bisa beres dan siap untuk dipresentasikan. 

Semuanya menjadi sangat mudah dan praktis, h=jatah waktu kita untuk membaca buku sudah bisa dipangkas dan diwakilkan dengan budaya baru copy-paste, waktu kita berlama lama ke perpus pun juga bisa di pangkas, jatah uang kita untuk membeli buku pun terselamatkan. Pertanyaanya adalah lalu digunakan untuk apa waktu waktu luang tersebut? kita gunakan untuk apa jatah uang yang terselamatkan itu?

Kebanyakan waktu luang yang kita gunakan untuk asik berduaan dengan gadget kita, entah itu bermain game, sosial media, mendengarkan musik, menonton video video lucu, gambar gambar lucu (meme). Lalu uang yang kita punya kita orientasikan untuk membeli paket data internet, yang sudah menjadi preoritas utama kita barangkali. Mengunjungi cafe cafe dengan suasana mewah biar dikira mahasiswa uptodate, membeli barang barang branded, budaya karaoke yang semakin menjamur, mengutamkan gaya hidup yang mewah dan senang-senang. Sadarkah ini hanyasemakin membuat kita semakin menjadi manusia yang konsumtif. 

Kaum kaum kapitalis begitu cerdik dalam mencari celah untuk mendatangkan keuntungan. Dan masyarakat kebnyakaan tidak menyadari itu mereka seolah terlena dengan kesengan (Pleasure) yang ditawarkan oleh kaum kapitalis. Mereka dipaksa butuh akan sesuatu padah aslinya kita tidak membutuhkannya. Kita dulu berkomunikasi cukup dengan mengunakan handphone yang bisa dibuat sms dan telfon saja. Nah kalau sekarang sudah mulai bermacam macam tipe hape dan berbagi fasilitas menariknya, mualia dari OS nya, kualitas kamera yang high resolution, hingga yang terbaru ini kita bisa mengunci gadet kita dengan mengunakan sensor sidik jari. Kita awalnya tidak membutuhkan fasilitas fasilitas yang demikian, namun sekarang kita seolah di paksa membutuhkan, dipaksa mengenal android, dipaksa untuk berkomunikasi mengunakan BBM, LINE, WA, IG, dan lain lain. Jika kita tidak menggunakannya kita diangap todak gaul, tidak mengikuti perkembangan zaman. Belum lagi budaya ngafe yang sekrang mulai hits di kota ponorogo, dulu kita nongki di pingir jalan saja sudah cukup, namun sekarang dengan adanya IG dan BBM serta sosmed lain membuat kita tak level lagi jika harus nongki ditempat yang tidak bonafit, tidak mewah. Malu lah kalau harus berbagi foto di cafe yang tidak keren. Akhirnya kita rela merogoh kocek harga yang lumayan untuk bisa pergi ke cafe yang suasanya dan setting tempatnya bagus, walaupun menu menunya biasa aja, atu bahkan tidak lebih baik dari warung angkringan dipinggir jalan.  Kita mungkin tidak sadar akan paksaan tersebut. karena begitu cerdiknya kaum kapitalis dalam membuat kita butuh akan produknya. 

Lalu bagaimana dengan tanggung jawab kita sebagai manusia sebagai agent of change dan agent of intelectual  jika dunia kita masih seputar itu, kita jarang memanfaatkan waktu luang untuk membaca, diskusi, menulis atau bahkan membawa perubahan untuk lingkungan kita. Lalu apa bedanya kita dengan siswa siwa SMA/SMP ? yang hanya menyumbang sebagai predikat masyarakat konsumtif, seharusnya sebagai MAHASISWA kita bisa melakukan hal lebih dari itu, dan sadar akan cengkraman kapitalisme yang semakin kuat di era modern ini. ^_^

Komentar